Amplifier ini dirancang dengan konsep yang sederhana dan ekonomis, memberikan kinerja yang optimal tanpa memerlukan komponen yang mahal atau rumit. Ideal untuk penggunaan sehari-hari, amplifier ini menawarkan solusi yang efisien dan terjangkau untuk meningkatkan kualitas suara.
Amplifier ini dilengkapi dengan rangkaian tone control yang memungkinkan penyesuaian untuk nada bass dan treble, memberikan fleksibilitas dalam mengatur kualitas suara sesuai preferensi pengguna. Setiap kanal stereo mampu menghasilkan daya 20W, dan amplifier ini menggunakan catu daya 12V yang dapat disuplai menggunakan aki mobil, menjadikannya solusi praktis untuk penggunaan portable atau di kendaraan. Rangkaian tone control ini juga dapat diterapkan pada amplifier lain, tergantung pada kebutuhan pengguna.
Tone Control Stereo
Rangkaian tone-control ini menggunakan IC dengan karakteristik low-noise, yang dikemas dalam satu paket berisi dua unit opamp. IC ini mudah ditemukan di pasaran, menjadikannya sangat ideal untuk konfigurasi stereo.
Pada bagian input (non-inverting) pin 3 IC1, resistor R7 dan R8 bekerja pada tegangan 6V. Hal ini menyebabkan input pin 2 dan output pin 1 dari IC1a juga berada pada level sekitar 6V. Kapasitor C1 berfungsi untuk menahan arus DC, yang jika tidak ada, bisa menyebabkan arus mengalir dari sumber daya 6V ke input. Namun, C1 tetap memungkinkan sinyal AC mengalir dari input ke rangkaian tone-control.
Output dari pin 1 digunakan sebagai feedback untuk input inverting (pin 2) melalui rangkaian yang terdiri dari resistor dan kapasitor di sekitar potensiometer VR1 dan VR2. Ini menciptakan umpan balik negatif, dan kapasitor berfungsi untuk mengontrol respons frekuensi sesuai kebutuhan.
Secara prinsip, kapasitor akan memblokir arus DC dan bertindak sebagai resistansi pada sinyal AC dengan frekuensi rendah. Ketika frekuensi meningkat, kapasitor akan semakin mudah melewatkan sinyal, dengan kapasitor berukuran besar cenderung lebih mudah melewatkan frekuensi rendah dibandingkan dengan kapasitor kecil.
Deskripsi Rangkaian
Karena rangkaian ini menggunakan catu daya tunggal, tegangan DC rata-rata berada di setengah dari tegangan catu daya. Hal ini menyebabkan sinyal AC (sinyal suara) bergerak naik-turun sekitar titik 0V di sisi kiri C1, sedangkan di sisi kanan C1, sinyal tersebut bergerak di atas dan di bawah 6V.
Resistor R7 dan R8 menjaga agar input non-inverting (pin 3) pada IC1 tetap berada pada level 6V, yang menyebabkan input inverting (pin 2) dan output (pin 1) dari IC1 juga berada pada tegangan rata-rata 6V.
Kapasitor C1 bertugas untuk memblokir arus DC yang dapat mengalir dari sumber 6V ke input, namun tetap memungkinkan sinyal AC (sinyal suara) untuk melewati dan mengalir ke rangkaian tone-control.
Output dari pin 1 kemudian diumpankan kembali ke input inverting (pin 2) melalui rangkaian yang melibatkan resistor dan kapasitor di sekitar potensiometer VR1 dan VR2. Konfigurasi ini menciptakan umpan balik negatif yang mempengaruhi respons frekuensi dan memungkinkan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Secara prinsip, kapasitor berfungsi untuk memblokir arus DC dan bertindak sebagai penghambat untuk arus AC dengan frekuensi rendah. Ketika frekuensi meningkat, kemampuan kapasitor untuk melewatkan arus juga meningkat. Kapasitor dengan nilai besar lebih mudah melewatkan frekuensi rendah dibandingkan kapasitor yang lebih kecil.
Penjelasan mengenai tone-control ini berfokus pada fakta bahwa frekuensi rendah tidak dapat melewati kapasitor C3 dan C2, sementara frekuensi tinggi dapat mengalir melalui rangkaian ini dengan lebih mudah, memberikan kontrol yang lebih baik terhadap bass dan treble.
Kontrol Nada Bass
Dengan mengabaikan pengaruh dari resistor R2, jika kontrol bass diatur pada posisi mendekati R3 (0%), maka gain pada frekuensi rendah akan bergantung pada rasio R3 terhadap (R1 + VR1), misalnya 10k/110k. Oleh karena itu, nilai cutoff frekuensi rendah ditentukan oleh faktor sekitar 10. Asumsi ini berlaku karena pada frekuensi yang sangat rendah, kapasitor C2 hampir tidak menghantarkan arus, atau dengan kata lain, kapasitor ini hampir bersifat terbuka.
Ketika frekuensi meningkat, kapasitor C2 akan mulai menghantarkan sebagian sinyal, sehingga pada frekuensi tinggi, kapasitor ini akan bersifat hampir transparan. Pada titik ini, resistansi VR1 akan terhubung hampir langsung, dan gain pada frekuensi tinggi akan bergantung pada rasio antara R3 dan R1, misalnya 10k/10k.
Jika VR1 diputar lebih mendekati R1 (100%), gain pada frekuensi tinggi akan tetap konstan. Namun, pada frekuensi rendah (ketika C2 hampir terbuka), gain akan mengikuti rasio antara (R3 + VR1) terhadap R1, misalnya 10k/10k, yang menghasilkan gain sebesar 1.
Kontrol Nada Treble
Kapasitor C3 berfungsi untuk mencegah pengaruh frekuensi rendah terhadap kinerja rangkaian kontrol nada treble. Ketika VR2 diputar menuju resistor R5 (0%), gain pada frekuensi tinggi akan bergantung pada rasio antara R5 dan (R4 + VR2), misalnya 3k3/473k.
Saat VR2 diputar lebih mendekati R4 (100%), gain pada frekuensi tinggi akan dihitung berdasarkan rasio antara (VR2 + R5) terhadap R4, misalnya 473k/3k3. Gain aktual pada frekuensi ini juga akan dipengaruhi oleh pengaturan kontrol nada bass dan resistor R2, meskipun pengaturan VR1 tidak berpengaruh.
Jika kontrol nada bass dan treble diatur pada posisi 100%, pada frekuensi tengah (sekitar 630Hz), tidak akan terjadi perubahan signifikan pada gain atau cut. Namun, pada frekuensi rendah (sekitar 20Hz), gain dapat dipotong (cut) atau diperkuat (boost) hingga sekitar 7 atau 8 kali. Hal yang sama juga berlaku pada frekuensi treble sekitar 20kHz, yang juga bisa dipotong atau diperkuat dengan nilai yang sama.
Efek dari resistor R6 dan kapasitor C4 adalah untuk mengurangi gain pada frekuensi yang sangat tinggi, yang dapat mempengaruhi kestabilan rangkaian. Output dari pin 1 IC1a memiliki tegangan DC rata-rata 6V, dan kapasitor C6 mengurangi tegangan rata-rata ini menjadi nol. C6 juga memungkinkan sinyal AC untuk berosilasi di sekitar 0V, siap diteruskan ke tahap berikutnya.
Resistor R9 berfungsi sebagai beban semu (dummy load) untuk memastikan bahwa sisi negatif dari C6 tetap berada pada 0V. Sementara itu, kapasitor C13 dan C14 berperan sebagai dekopling untuk memastikan kestabilan tegangan sumber dan mengurangi fluktuasi.
Hum
Rangkaian tone control seharusnya tidak menghasilkan hum, baik ketika menggunakan aki maupun catu daya yang stabil. Namun, hum bisa muncul jika kualitas grounding tidak memadai.
Power Amplifier
Rangkaian amplifier ini menggunakan IC TDA2004 atau TDA2005, yang dirancang khusus untuk beroperasi dengan tegangan sumber 12V, menjadikannya pilihan yang sangat cocok untuk digunakan di kendaraan, terutama mobil. Aki mobil dapat dengan mudah menyediakan arus yang dibutuhkan dan mampu bertahan dalam penggunaan selama beberapa jam.
IC ini dilengkapi dengan fitur proteksi otomatis yang akan mematikannya jika terjadi kelebihan beban. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa kerusakan dapat terjadi jika IC digunakan tanpa beban yang terhubung. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu memastikan speaker terhubung ke output IC saat daya dinyalakan, untuk mencegah kerusakan pada komponen.
Desain dan Pengaturan Mode Bridge
IC TDA2004/TDA2005 memiliki dua unit amplifier yang dikonfigurasi dalam mode "bridge", yang memungkinkan IC menghasilkan tegangan maksimum ke loudspeaker dengan hanya menggunakan supply 12V. Konfigurasi ini meningkatkan efisiensi amplifier, menghasilkan daya yang cukup untuk memberikan kualitas suara yang optimal dengan tegangan rendah.
Untuk aplikasi stereo, diperlukan dua unit "power-booster" yang identik bersama komponen pendukung lainnya. Dengan demikian, pengguna bisa mendapatkan pengalaman audio stereo yang lebih hidup dan berkualitas tinggi di kendaraan mereka.
Rangkaian Mono dan Stereo
Rangkaian amplifier ini dapat dilihat dalam diagram yang menunjukkan tegangan supply yang diperlukan. Diagram tersebut menggambarkan konfigurasi mono, yang memungkinkan pengoperasian pada satu saluran audio. Jika diinginkan pengoperasian stereo, dibutuhkan dua unit rangkaian yang identik, untuk menghasilkan suara pada dua saluran audio secara bersamaan, memberikan efek suara stereo.
Dengan desain yang sederhana namun efektif, amplifier berbasis IC TDA2004/TDA2005 ini menawarkan solusi efisien dan terjangkau untuk aplikasi audio di kendaraan, lengkap dengan fitur proteksi untuk mencegah kerusakan dan kemudahan dalam instalasi.
Sinyal input pada rangkaian amplifier ini masuk melalui potensiometer VR1a, yang berfungsi sebagai kontrol volume. Setelah itu, sinyal melewati kapasitor C1 untuk menghilangkan komponen DC sebelum diteruskan ke pin 1 dari power amplifier IC1.
Loudspeaker (LS1) digerakkan oleh dua output dari IC1. Pada sistem ini, ketika tegangan pada output salah satu amplifier tinggi, output lainnya akan rendah, dan sebaliknya, sehingga memungkinkan penguatan suara yang efisien. Amplifier ini dirancang untuk memberikan daya hingga 20W pada speaker dengan impedansi 2 ohm.
Jika speaker yang digunakan memiliki impedansi lebih tinggi, daya yang disalurkan ke speaker akan sedikit berkurang. Meskipun demikian, amplifier ini tetap dapat meredam noise yang ditimbulkan, terutama ketika digunakan dengan speaker berefisiensi tinggi.
Kapasitor C3, C8, dan C11 berfungsi sebagai dekopling lokal, yang membantu menjaga kestabilan rangkaian, mengurangi kemungkinan gangguan frekuensi tinggi, dan memastikan kinerja amplifier tetap optimal.
Catu Daya
Amplifier ini dapat langsung disuplai menggunakan aki 12V dengan memasang fuse yang sesuai untuk melindungi rangkaian dari kerusakan akibat arus lebih. IC ini masih dapat beroperasi dengan baik hingga tegangan 16V, namun tegangan yang lebih tinggi dapat menyebabkan munculnya noise yang disebabkan oleh gangguan dari mesin atau sumber lain.
Untuk memastikan kinerja yang optimal dan mengurangi kemungkinan terjadinya noise, catu daya yang ideal untuk rangkaian ini dapat dilihat pada diagram yang menyertainya. Penggunaan catu daya yang tepat akan membantu menjaga kualitas suara dan kestabilan amplifier selama digunakan.
Trafo T1 harus mampu menghasilkan output 9Vac. Tegangan AC yang dihasilkan oleh trafo ini kemudian diubah menjadi DC oleh penyearah bridge REC1. Setelah itu, tegangan DC diratakan menggunakan kapasitor C23 dan C24, menghasilkan tegangan sekitar 12Vdc yang diperlukan untuk catu daya amplifier.
Untuk memastikan kinerja yang optimal, arus output yang dihasilkan oleh trafo sebaiknya 1 hingga 4 kali lipat lebih besar dari kebutuhan arus amplifier. Hal ini memberikan margin yang cukup untuk mengatasi lonjakan arus dan memastikan kestabilan daya selama penggunaan amplifier.
Daftar Komponen Power dan SupplyTrafo yang direkomendasikan untuk rangkaian amplifier ini adalah trafo berdaya 50VA dengan tegangan keluaran 9V. Lilitan primer pada trafo harus disesuaikan dengan tegangan listrik yang berlaku di masing-masing negara tempat amplifier digunakan.
Disarankan untuk menggunakan trafo jenis toroidal, meskipun harganya sedikit lebih mahal, karena memiliki keuntungan signifikan dalam hal efek medan magnet yang sangat kecil. Hal ini mengurangi potensi interferensi terhadap rangkaian audio, menjaga kualitas sinyal yang dihasilkan agar tetap bersih dan bebas dari gangguan.




















